Bocoran HK — Masa depan ketahanan energi Indonesia mungkin bersumber dari apa yang selama ini kita anggap sebagai limbah. Potensi besar energi terbarukan, khususnya dari biomassa seperti sisa sawit dan pertanian, kini menjadi fokus strategis. Namun, realisasi pemanfaatannya baru mencapai sekitar 5% dari potensi nasional yang mencapai 83,4 juta ton per tahun.
Mengapa Biomassa adalah Solusi Strategis?
Di tengah komitmen global menuju Net Zero Emissions, Indonesia memiliki peluang unik. Berbeda dengan energi surya atau angin yang bergantung pada cuaca, biomassa dapat menyediakan pasokan energi yang lebih stabil dan dapat diprogram. Hokkop Situngkir, Direktur Biomassa PLN EPI, menegaskan bahwa sumber daya ini adalah peluang besar untuk memperkuat ketahanan energi sekaligus menekan emisi.
“Potensinya ada, tetapi ekosistem supply chain biomassa harus dibangun lebih kuat agar bisa mendukung pembangkit listrik secara berkelanjutan,” ujarnya.
Pemerintah menargetkan pemanfaatan 9 juta ton biomassa pada 2030 untuk mendukung dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan. Target ini sejalan dengan komitmen Enhanced NDC dan peta jalan menuju Net Zero Emissions 2060.
Praktik Cofiring: Hasil Nyata dan Tantangannya
Salah satu strategi konkret yang telah dijalankan adalah program cofiring, yaitu mencampurkan pelet biomassa dengan batu bara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hingga akhir November 2025, program ini telah diimplementasikan di 49 PLTU.
Hasilnya cukup signifikan:
- Penggunaan biomassa mencapai 2,2 juta ton.
- Berhasil mengurangi emisi karbon sebesar 2,53 juta ton CO₂e.
- Jenis biomassa yang lolos uji kualitas telah meningkat menjadi 14 jenis, termasuk limbah cair kelapa sawit (POME), sekam padi, hingga sampah kota yang diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).
Meski demikian, tantangan utama adalah menciptakan pasokan biomassa yang berkelanjutan, berkualitas, dan terjangkau secara ekonomi. Untuk itu, PLN EPI tidak bekerja sendiri.
Membangun Ekosistem: Dari Desa ke Pembangkit Listrik
Kunci percepatan pemanfaatan biomassa terletak pada penguatan rantai pasok dari hulu ke hilir. PLN EPI bersama kementerian terkait sedang membangun jaringan hub dan sub-hub produksi biomassa di berbagai daerah, terutama di wilayah dengan potensi tinggi seperti Sumatra.
Model hub ini berfungsi sebagai:
- Titik pengumpulan bahan baku mentah (seperti tandan kosong sawit, sekam) dari petani atau perkebunan.
- Lokasi produksi pelet biomassa yang memenuhi standar kualitas.
- Pusat kontrol kualitas sebelum biomassa dikirimkan ke PLTU.
Pendekatan ini melibatkan secara aktif koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan sektor swasta. Tujuannya adalah menciptakan ekonomi sirkular di tingkat lokal, membuka lapangan kerja baru di desa, dan sekaligus menjamin pasokan yang stabil untuk pembangkit listrik nasional.
Manfaat Ganda: Ekonomi Hijau dan Kemandirian Energi
Percepatan pengembangan bioenergi menawarkan manfaat ganda bagi Indonesia:
- Ekonomi Hijau: Menciptakan rantai nilai ekonomi baru dari limbah, meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan, dan membuka lapangan kerja hijau.
- Kemandirian Energi: Mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil, khususnya untuk pembangkit di wilayah terpencil melalui program dedieselisasi dengan biogas/Bio-CNG.
- Dekarbonisasi: Berkontribusi langsung pada penurunan emisi GRK sektor energi dan pencapaian target iklim nasional.
Dengan kolaborasi yang tepat antara BUMN, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat, bioenergi bukan hanya sekadar alternatif, melainkan dapat menjadi pilar penting dalam membangun sistem energi Indonesia yang lebih berdaulat, berkelanjutan, dan tangguh di masa depan.